|
Ilustrasi |
Sekitar pukul 14.00 WIB siang, langit di Kerinci mulai terlihat gelap karena ditutupi awan hitam, suara gemuruhpun terdengar menggelegar, menandakan hujan akan segera turun, membasahi Bumi Sakti Alam Kerinci. Hujan akhirnya mengguyur wilayah Kerinci sekitar pukul 14.30 atau hanya lima jam setelah salat Istisqa digelar pukul 09.30 WIB. Ini adalah hujan yang pertama setelah beberapa bulan terakhir wilayah Kerinci dilanda musim kemarau.
Hal tersebut menjadi sebuah fenomena, bahkan sebagian masyarakat menyebutkan turunnya hujan tersebut merupakan suatu keajaiban dan rahmat yang telah diturunkan oleh Tuhan. Betapa tidak, turunnya hujan hanya berselang lima jam, setelah ribuan warga menggelar salat Istisqa, mohon segera diturunkannya hujan.
Alhamdullillah hujan akhirnya turun juga, doa masyarakat ternyata masih didengar oleh Allah, sehingga lahan-lahan yang kekeringan, tanaman yang mati karena kehausan, akhirnya mendapatkan air,” ujar Ratna, warga Kerinci beberapa saat setelah hujan turun mengguyur.
Turunnya hujan di Kerinci, disambut gembira oleh masyarakat, karena usaha mereka menyelenggarakan salat Istiska, akhirnya terjawab dengan turunnya hujan. Tidak sia-sia usaha yang sudah kita lakukan, bahkan ada yang membawa binatang peliharaan ke lapangan,” kata warga lainnya.
Warga berharap hujan yang turun mengguyur Kabupaten Kerinci, merupakan rahmat dari Allah, sehingga sawah yang sudah tandus bisa subur kembali, padi-padi yang menguning, bisa kembali hijau dan mengeluarkan buah yang banyak, sehingga ancaman kekurangan pangan di Kabupaten Kerinci tidak sampai terjadi.
Sebelumnya sejak pukul 07.00 WIB pagi, Minggu (7/8/2011), ribuan warga tiga desa yakni Desa Semerah, Desa Pondok Beringin, dan Desa Baru Semerah, mulai berdatangan ke Lapangan Telago Batuah, untuk menggelar salat Istiska, minta agar hujan segera diturunkan.
Salat sunah berjamaah tersebut, dilakukan warga di lapangan terbuka, tepatnya di lapangan sepak bola Telaga Batuah, yang menjadi pusat ketiga desa tersebut. Salat diikuti oleh semua elemen masyarakat, seperti Kepala Desa, BPD, Ulama, Kaum Adat, Pemuda, dan tidak ketinggalan kaum perempuan.
Ulama setempat, H Dahlan, mengatakan sebelumnya ia belum pernah mengerjakan salat minta hujan (Istiska) tersebut, namun dengan mengikuti petunjuk dari ulama sebelumnya, dan buku-buku rujukan yang ada, maka ia mencoba mengajak warga untuk melaksanakan salat tersebut.
Ya, kita berharap dengan digelarnya salat Istiska ini, Allah mengabulkan permintaan kita, dan hujan rahmat bisa segera turun menyirami tanaman-tanaman yang sudah hampir mati,” ujar Dahlan, kepada Tribun, kemarin.
Menurutnya, sebelum dilaksanakannya salat, warga terlebih dahulu diminta bertaubat dengan penuh keikhlasan, karena musibah yang diturunkan oleh Tuhan, tidak lain akibat kesalahan ataupun dosa manusia itu sendiri, sehingga Allah menurunkan bencana.
Sebelum melaksanakan salat Istiska, warga terlebih dahulu beristigfar dan berserah diri kepada Allah, serta berjanji tidak akan mengulami dosa-dosa yang telah mereka perbuat, mudah-mudahan Allah bisa mendengar dan mengabulkan permintaan kita,” katanya.
Ustad Tabiin Yasin, mengungkapkan digelarnya doa bersama dengan salat minta hujan, merupakan salah satu upaya yang dilakukan oleh warga Kerinci, agar bisa segera keluar dari musibah yang sedang ditimpakan terhadap mereka, dalam bentuk kemarau yang berkepanjangan.
Sebagian besar warga yang berasal dari tiga desa tersebut hadir. Kita berharap upaya ini membuahkan hasil, dan Allah mau mengampuni dosa-dosa dan kesalahan yang sudah kita perbuat selama ini,” jelasnya,
Dalam salat tersebut, bertindak sebagai Imam Ustad Ahmat Diar Yasin, dan sebagai khatib ustad Syamsi. Selain itu semua tokoh masyarakat dari tiga desa tersebut juga terlihat hadir.
Sumber : www.tribunnews.com