Seakan tak ada waktu senggang aku Haryatin, penyiksaan demi penyiksaan oleh majikannya, bernama Fatma sejak bulan pertama ia bekerja di rumah majikannya, yang sebenarnya adalah anak dari majikannya bernama Haya Mubarok Said Adusry.
"Sejak bulan pertama saya mengalami penyiksaan, dianggap tak cakap bekerja, saya berusaha kabur ke rumah Haya, orang tua Fatma, majikan saya sesuai kontrak. Tak beberapa lama, dijemput lagi, penyiksaan kembali saya alami. Punggung saya dipukul pakai selang air. Kepala saya dicambuk. Kepala benjol, punggung memar-memar," kata Haryatin lirih sambil menundukkan kepalanya.
Di bulan ketiga, Haryatin mengaku diminta oleh majikannya untuk menghubungi keluarganya. Dari ujung telfon, Haryatin kemudian mengabarkan kepada ibu mertuanya di Blitar Jawa Timur, atas penyiksaan yang ia alami. Mengengar kabar itu, Samsul Huda, suaminya, melaporkan ke pihak sponsor di Tulungagung seraya meminta agar Haryatin dipulangkan.
Suami saya telfon ke majikan saya. Setelah menerima telfon, saya disiksa lagi, lebih kejam. Kepala saya dibenturkan, ditendang, dipukul pakai kabel, muka saya ditampar pakai hanger (gantungan baju), dihajar pakai rotan, sampai diinjak-injak.
Di bulan ke tujuh, masih siksaan yang dialami, Haryatin mengaku sempat melarikan diri melalui penampungan airyang berada di belakang rumah majikannya di lantai dua. Belum sampai keluar untuk melarikan diri, Haryatin terjatuh di kebun milik tetangga majikan.
"Saya pingsan, tidak bisa berjalan selama tiga hari tanpa makan. Pemilik kebun kemudian mengadu ke majikan saya, penyiksaan kembali terjadi," akunya berkaca-kaca.
Penyiksaan demi penyiksaan yang akhirnya mengakibatkan kedua mata Haryatin mengalami kebutaan. Tepatnya di tahun 2007. Ketika itu, cerita Haryatin, bertepatan dengan bulan Ramadhan.
"Majikan saya meminta untuk diambilkan blender. Setelah saya ambilkan, malah saya disiksa lagi. Mata saya ditampar. Kepala saya dibenturkan ke tembok sampai mata saya buta. Sebelas bulan bekerja, saya sudah kehilangan kontak dengan keluarga," kata Haryatin pilu seraya mengaku bisa tiba ditanah air pada bulan Agustus dengan menggunakan pesawat Cathay Pasific.
Beruntung sekali, Haryatin bertemu orang Indonesia asal Bojonegoro, Paiman dan istrinya, Khusnul Khotimah. Haryatin kemudian diditipkan, terlebih dahulu menuju Hongkong dari Bandara King Abdul Aziz Saudi Arabi, kemudian tiba di Bandara Juanda Surabaya.
Sumber :www.Tribunnews.com
0 komentar:
Posting Komentar